Jumat, 27 Mei 2016

Gudang di atas Lemari

Pembaca mungkin sedikit bingung dengan judul di atas ya.. Gudang kok di atas lemari? maksudnya bagaimana? Tapi sebelum saya menjabarkan maksudnya, saya ingin memperkenalkan diri saya pada para reader setelah beberapa kali menulis artikel di blog ini.

Nama saya Nelita Enggasari. Saya memiliki beberapa nama panggilan; di keluarga saya biasa dipanggil Lita, di kalangan teman kebanyakan memanggil Nelit dan Neli (tanpa "t"), pun ada pula yang memanggil Sari. Disamping itu ada panggilan - panggilan unofficial seperti Babon, si-Lit, dan sebagainya yang sebenarnya cukup kurang enak didengar (tapi yasudahlah..). Usia saya saat ini di tahun 2016 akan menginjak 28 tahun. Status saya adalah Alhamdulillah (maaf ya para Jones hehe) sudah menikah dengan penulis blog ini juga (namanya bisa diliat di artikel sebelumnya :p). Saat ini saya baru (saya katakan baru karena saya tidak tahu rencana Tuhan di masa depan hihi..) memiliki 2 orang putri yang lucu dan cantik serta lebih mirip ayahnya. Yang pertama bernama Librasoka Guarna Tradelva (4.5 tahun) dan si baby, Q Eltezya Arecta Vizlena Zima yang baru berumur 2 bulan belum ada. Saat ini, main job saya adalah fulltime & breastfeeding Mom alias ibu rumah tangga yang sedang menyusui. Job lainnya ya nulis ini blog. Sebelumnya saya pernah menjadi working mom beberapa tahun dan memutuskan resign karena alasan ingin memberikan perhatian penuh ke anak dan mengasuhnya sendiri. Akan tetapi dalam hati yang paling dalam saya ingin menjadi mom-preneur sambil menularkan ilmu - ilmu yang saya miliki kepada orang lain, istilahnya berniaga sambil mencari pahala (halah..). Oya, saya adalah lulusan Teknik Industri di Universitas paling tua dan sepertinya cukup terkenal - dan dikenal sebagai kampus yang masuknya susah, silakan ditebak sendiri - di Yogyakarta. Meskipun job - job yang pernah saya jalani kurang ada hubungannya dengan bidang studi kuliah saya dulu, tetapi semangat untuk mempelajari hal baru membuka cakrawala pengetahuan saya lebih luas dari ilmu yang pernah saya terima di perkuliahan.
Yah itulah sekilas tentang saya, jika ingin mengenal lebih dalam atau konsultasi bisa inbox di FB saya haha.

Kembali ke judul ya..begini ceritanya, saat ini saya masih tinggal di tengah kota Semarang yang panas dan banyak nyamuknya bersama mertua. Berhubung saya baru saja memiliki bayi, tentu saja barang - barang menjadi bertambah yang mengakibatkan saya harus memutar otak untuk mencari tempat meletakkan dan menata barang - barang yang sudah jarang digunakan. Well, mungkin para emak - emak lain mengerti dan mengalami hal yang sama seperti saya. Kebetulan sekali gudang rumah di tempat kami sudah sangat penuh oleh barang - barang nostalgia nan jadul milik mertua. Konsekuensinya sebagian barang - barang milik saya dan suami jadi tidak bisa di deportasi dari kamar menuju gudang belakang. Jika saya tata semua barang di lantai, faktanya akan sangat memakan tempat, dan hal ini membuat saya mendadak menjadi extreme-opportunist karena selalu mencari celah - celah yang bisa dijejali barang - barang, entah itu melanggar estetika tata letak, feng sui atau tidak hehe.. Ketika hopeless karena tidak ada lagi space kosong di bawah, jadilah mata ini tertuju pada atas lemari yang masih polos.. sayang sekali jika tidak dimanfaatkan untuk menaruh (lebih tepatnya menumpuk) sesuatu, lumayan lah lantai bisa lebih free. Dari sini lahirlah istilah "gudang di atas lemari". Dari mulai barang - barang besar seperti koper, tas, box bekas (yang antara isi dan kotaknya sudah tidak sesuai lagi tentu saja), dokumen, sampai barang kecil seperti jepit rambut dan peniti bertengger dengan manis di atas lemari pakaian.. Menurut saya hal ini sangat sesuai dengan prinsip efisiensi dan konsep 5R  (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin). Sama seperti idealnya bentuk tubuh, prinsip gudang di atas lemari mengikuti tren arsitektur masa kini dimana ruangan bukan lagi berkembang ke samping tapi ke atas..seperti sebuah jargon dari iklan susu xxx. Ya akan tetapi tetap saja gudang KW ini memiliki kelemahan seperti kurang sesuai dengan prinsip ke-ergonomis-an, secara kalau mau ambil barang harus naik kursi atau tangga hehe. Selain itu gudang di atas lemari tidak semua dapat diterapkan pada lemari, sekali lagi tergantung bahannya. Ya kebetulan saja lemari kami terbuat dari kayu jati dimana tinggi gudang di atasnya hampir sana dengan tinggi lemari itu sendiri hehe.. But at least saya tidak perlu susah - susah memindah barang ketika ingin membersihkan lantai. 

Semoga hal ini bisa menjadi inspirasi bagi para pembaca yang memiliki keterbatasan luas rumah tetapi memiliki barang - barang besar yang sangat banyak. Akan tetapi, kembali ke prinsip kepemilikan barang, saya tetap menganjurkan pembaca untuk tidak memiliki barang - barang besar dengan jumlah yang banyak, optimalkan segalanya supaya tidak terjadi pemborosan, hibahkan kepada yang memerlukan jika sudah jarang terpakai agar ruangan kita tetap terkesan lega, bersih dan nyaman. Sekian.

Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar